"Asslamu alaikum" ucapku membuka pembicaraan di tlp.
"waalaikum salam" jawabnya dengan suara lembut dan sangat aku kenal. Ya… aku yakin dan sangat yakin sampai sejuta yakin kalau suara yang aku dengarkan dan menjadi teman bicaraku di telpon ini adalah suara seorang wanita yang selalu aku rindukan.
"Ibu …" ucapku pelan dengan bibir sedikit gemetar.
Ingin rasanya aku menumpahkan air mataku saat ku mengucapkan kata itu. Kata yang begitu aku simpan di dalam memori otakku dengan harapan kata itu tak akan pernah hilang selama aku hidub bahkan setelah aku mati."Ya…nak, kamu sehat aja kan nak?" jawabnya di ikuti pertanyaan.
Dia mendahuluiku menanyakan keadaanku, tenyata dia lebih sayang kepadaku ketimbang perasaan sayangku kepadanya. Dia bertanya tentang keadaanku, Sebenarnya aku sedikit sakit hanya sedikit demam dan flu tapi aku tak akan mengatakan keadaanku sebenarnya, ini hanya sakit sedikit aku takut karna aku mengatakan hal yang sepele ini sehingga ibu dan ayahku merasa cemas akan keadaanku.
Dan dia begitu mengenal suara ku meski sudah dua tahun dia tidak pernah melihat langsung diriku. tapi dia selalu mengenaliku, saat aku dekat disisinya bahkan saat dia tak melihatku pun dia akan tahu keadaanku.
"Alhamdulillah saya sehat, berkat doa ibu". Jawabku pelan.
"Ibu sendiri bagaimana?"
"Alhamdulillah sehat" dengan suara sedikit serak..
Terakhir saat aku menghubunginya, dia begitu khawatir tentangku, dia menanyakan mulai dari hal yang menurutku hanya hal kecil ternyata begitu berarti baginya. Seperti apakah aku makan dengan teratur, sampai menanyakan hubunganku dengan teman-temanku.
"Ayah sehat juga kan bu" sambungku.
"Ayah sehat, Alhamdulillah"
"Ade gimana sekolahnya". Aku menanyakan semua keadaan keluargaku sebelum aku menanyakan yang lain.
Aku begitu sayang kepada keluargaku karena mereka aku bisa seperti sekarang dan aku sangat bersyukur bisa seperti ini.
"Tahun depan insya Allah lulus SMU" jawabnya
"Bagaimana dengan kuliahmu nak", tanyanya.
Ah… apa yang aku harus katakana kalau tahun ini aku tinggal lagi? Kalau dia tahu aku pasti akan mengecewakannya, dia telah menaruh harapan besar kepadaku, dia selalu meng-suport-ku, memberiku semangat untuk tetap belajar.
"Aku harus mengatakannya, tapi dia akan kecewa" batinku berkecamuk, aku terdiam sejenak.
"Nak…" ucapnya menyadarkanku dari pergolakan itu.
"Iya bu" jawabku. Dia seakan mengerti keadaanku saat ini, kenapa aku diam. Aku tahu kalau dia tahu semuanya, meski aku belum mengatakan yang sebenarnya.
"Ibu tahu kamu belajar, ibu mengerti keadaanmu nak" jawabanya membuat mataku lembab. Air itu meleleh turun melewati pipiku. Aku hanya mampu terdiam, bibirku tak mampu mengucapkan apa-apa.
"Sabar saja nanti toh Allah pasti akan menunjukan kepadamu jalan dan memberikan yang terbaik" sambungnya dengan suara sedikit serak.
Aku tahu aku telah membuatnya menagis, oh tuhan ampunilah dosaku, aku telah membuat orang yang paling mencintaiku menangis.
"Itulah yang menurut Allah terbaik bagiku saat ini" ucapku dengan suara agak berat.
"Yang penting kamu belajar nak, ibu akan senang tiasa mendoakanmu". Ucapnya yang makin membuatku merasa bersalah.
Aku tahu dia menangis tapi seakan dia lebih tegar dariku tapi sesungguhnya dia merasa lebih sedih dariku.
"Iya bu" hanya kata itu yang mampu aku ucapkan kemudian terdiam.
"Maafkan aku bu" sambungku.
"Tak ada yang perlu di maafkan, toh kamu tidak salah anaku. Ibu tahu kok kamu belajar disana". Jawabnya dengan bijaksana.
Aku melirik kemonitor computer di hadapanku, pulsa yang ku pakai menelpon hampIr habis.
"Ayah kemana bu" ucapku mengalihkan pembicaraan. Aku tak ingin dia makin lama bersedih.
"Ayah lagi keluar""Sampaikan salamku kepada ayah dan keluarga yang lain"
"Insya Allah""Udah nak nelponnya, nanti bayarnya mahal, toh kengen ibu sudah sedikit berkurang".
Aku merenungi perkataan yang baru saja dia ucapakan.
"kangen ibu sudah sedikit berkurang" sudah sedikit berarti belum habis.
Ya… ibuku tak akan berhenti merindukanku begitupun aku.
"Iya bu"."Maaf kan anakmu bu" ucapku"Iya, ibu pasti akan selalu mendoakanmu".
"Udah dulu ya bu""iya nak"
"Assalamu alaikum"' salamku mengakhiri pembicaraan dengan ibu.
"Waalaikum salam" jawabnya.
Aku masih duduk terdiam di depan monitor, kenapa saat aku memutus hubungan tlp tadi sekarang aku di serang rasa rindu kepadanya.
"Ah… dia benar-benar mencintaiku". Ucapku membatin sambil menyeka air mata yang tersisa.
Untuk kasih sayang seorang IBU dan seorang AYAH dengan bijaksananya.
Mereka akan selalu mencintaiku.
Aku pun akan selalu mencintaimu
by: unknown
Tidak ada komentar:
Posting Komentar